Pemanfaatan Metabolit Sekunder Agens Hayati Dalam Budidaya Tanaman Sehat Kapulaga

Pemanfaatan Metabolit Sekunder Agens Hayati Dalam Budidaya Tanaman Sehat Kapulaga

Kapulaga termasuk tanaman  obat  atau biofarmaka yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena banyak dibutuhkan pada industtri makanan, minuman dan farmasi. Bahkan perusahaan seperti Sido Muncul telah  menjalin kemitraan dengan beberapa petani kapulaga di Kabupaten Banyumas seperti di Kecamatan Cilongok. Selain itu, Kecamatan lainnya yang membudidayakan kapulaga adalah kecamatan Gumelar, Pekuncen dan Somagede. Kondisi ini menyebabkan tanaman kapulaga menjadi salah satu komoditi  yang penting di Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Banyumas, luas panen dan produksi tanaman kapulaga di Kab. Banyumas pada tahun 2019 mencapai 282 ha dan 3,280 ton serta memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya (BPS kabupaten Banyumas 2020). Ini menunjukkan budidaya tanaman kapulaga memang menguntungkan sehingga banyak diminati petani.

Salah satu faktor pembatas peningkatan produksi kapulaga baik secara kualitas dan kuantitas adalah serangan hama dan penyakit.  Tetapi selama ini, budidaya tanaman kapulaga masih termasuk alami, yaitu jarang menggunakan pestisida dan pupuk kimia.  Hal ini perlu di perhatikan karena seiring meningkatnya luas tanam maka perkembangan hama penyakit juga akan meningkat. Jika tidak diantisipasi maka petani bisa saja beralih menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia yang intensif demi keamanan produksi.

Pemakaian pestisida dan pupuk kimia yang tidak bijaksana menimbulkan banyak dampak negatif seperti pencemaran hasil pertanian dan lingkungan yang langsung berimbas pada kualitas hasil pertanian. Disamping itu, kapulaga  banyak dimanfaatkan dalam industri biofarmaka sehingga dibutuhkan kualitas kapulaga yang aman untuk dikonsumsi bagi kesehatan (organik).

Oleh karena itu, penting untuk mendampingi petani agar tetap menerapkan prinsip budidaya tanaman sehat dengan memperkenalkan teknologi pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan. APH (Agen Pengendali Hayati) metabolit sekunder  merupakan salah satu sarana ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk menekan perkembangan hama dan penyakit.

Berkaitan dengan itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas telah memperkenalkan cara pembuatan APH Metabolit Sekunder melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Tanaman Sehat mana Kapulaga pada kelompok tani Petani Muda di Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok yang dilaksanakan pada 30 Maret 2021 yang lalu.

Setelah Bimtek, pendampingan yang berkelanjutan tetap dilakukan setiap bulannya kepada kelompok tani. Hal ini bertujuan agar petani mampu secara mandiri membuat APH metabolit skunder untuk kebutuhannya sendiri sampai mengaplikasikannya ke lahan masin-masing. Dengan demikian, diharapkan kapulaga terbebas dari residu pestisida kimia.

Ibu Iin Sulistiyatik, S.P, M.P selaku Kasi Tanaman Hortikultura Dinpertan KP Kab. Banyumas menjelaskan bahwa APH metabolit sekunder  adalah pengendali hama penyakit tanaman yang murah dan ramah lingkungan. APH  tersebut mengandung senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh agensi hayati seperti Trichoderma, Metarizhium, Paenybacillus yang berfungsi sebagai anti hama dan penyakit serta dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Diharapkan melalui pelatihan dan pendampingan ini Budidaya Tanaman Sehat Kapulaga dapat meningkatkan produksi, daya saing dan  pemasaran komoditi kapulaga dari Kabupaten Banyumas.

 

 

Related Posts

Komentar