UPAYA PENGEMBANGAN KEDELAI LOKAL PADA SENTRA PENGRAJIN TEMPE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN

UPAYA PENGEMBANGAN KEDELAI LOKAL PADA SENTRA PENGRAJIN TEMPE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan kebutuhan protein berakibat pada meningkatnya kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebanyak ± 2,6 juta ton biji kering. Produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi sebanyak 621.000 ton atau sekitar 24 % terhadap kebutuhan, dan sisanya sebesar 76 % dipenuhi dari impor. Untuk di Kabupaten Banyumas sendiri rata-rata produksi kedelai setiap tahun 1.484 ton atau sekitar 9-10 % dari kebutuhan setiap tahunnya yang mencapai 16.000 ton. Hal ini menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain; hilangnya devisa negara yang cukup besar, mengurangi kesempatan kerja dan meningkatnya ketergantungan jangka panjang, sehingga mempengaruhi sistem ketahanan pangan nasional.

Kabupaten Banyumas sudah sangat terkenal dengan Ikon Tempe Mendoan serta Kripik Tempenya. Sektor IKM ini cukup banyak menyerap tenaga kerja. Di Desa Pliken Kecamatan Kembaran diperkirakan terdapat lebih dari 575 rumah produksi/pengrajin tempe yang setiap harinya membutuhkan sekitar 15 ton kedelai biji kering. Hampir 100% kebutuhan kedelai berasal dari kedelai import dikarenakan di Desa Pliken tidak ada petani yang menanam/membudidayakan kedelai.

Harga kedelai import dari Amerika dan Brasilia saat ini cukup tinggi yaitu mencapai Rp. 12.000,-/kg, hal ini sangat memberatkan bagi para pengrajin tempe dikarenakan biaya produksi semakin tinggi. Di satu sisi tingginya harga kedelai menjadi peluang bagi petani untuk membudidayakan kedelai dan mendapatkan keuntungan dikarenakan selama ini salah satu faktor yang membuat menurunnya minat petani menanam kedelai karena harga produksi yang rendah dan kurang menguntungkan.

Menyikapi dua hal tersebut maka Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian (PSEKP) Kementerian Pertanian mengadakan kegiatan pengembangan kedelai lokal di Desa Pliken Kecamatan Kembaran. Kegiatan berupa Bimtek Budidaya Kedelai, Fasilitasi Demfarm Budidaya Kedelai seluas 5 (lima) hektar, FFD dan praktek pembuatan tempe berbahan kedelai lokal. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan oleh BPP Kecamatan Kembaran dengan didampingi oleh bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinpertan KP Banyumas.

Kegiatan Bimtek Budidaya Kedelai telah dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2022 dengan peserta perwakilan dari 3 poktan di Desa Pliken dan perwakilan dari Desa Sambeng Kulon, Kembaran, Linggasari dan Bojongsari. Bertindak sebagai narasumber Bapak Dr. Ponendi dosen UNSOED. Dengan adanya kegiatan bimtek ini diharapkan memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi petani terkait budidaya kedelai dan potensi pasarnya.

foto1

Kegaiatan Bimtek Budidaya Kedelai di Desa Piken Kecamatan Kembaran

Untuk kegiatan Demfarm Budidaya kedelai, poktan/petani diberikan bantuan sarana produksi berupa benih, pupuk NPK, rhizobium, pestisida dan pupuk organik cair. Bantuan sarana produksi kedelai telah diberikan secara simbolis oleh Bapak Wakil Bupati Banyumas kepada petani pada tanggal 22 Juli 2022. Pada 23 Juli 2022 petani sudah mulai melakukan penanaman kedelai. Varietas kedelai yang ditanam yaitu varietas Grobogan dan Anjasmoro, dimana varietas ini mempunyai potensi produksi tinggi dan berbiji besar (hampir sama besarnya dengan kedelai Amerika/Brasilia) sehingga diharapkan sesuai untuk bahan baku tempe.

foto2

Pemberian Sarana Produksi Demfarm Budidaya Kedelai oleh Bapak Wakil Bupati Banyumas

foto3

Demfarm Budidaya Kedelai di Desa Pliken Kecamatan Kembaran

Kegiatan pelatihan/praktek pembuatan tempe berbahan kedelai lokal (varietas grobogan) dilakukan pada hari Sabtu tanggal 13 Agustus 2022 dengan menghadirkan peserta para pengrajin tempe di Desa Pliken sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil praktek diketahui bahwa kualitas tempe yang berasal dari kedelai varietas grobogan tidak kalah dengan kedelai import. Dari 7,3 kg kedelai grobogan setelah diolah menjadi tempe siap konsumsi beratnya mencapai 14 kg ( 2 kali lipat), hal ini sama dengan kedelai import. Dengan hasil ini para pengrajin tempe peserta pelatihan tertarik untuk membuat tempe berbahan kedelai lokal. Para pengrajin tempe berharap harga kedelai lokal yang sedang dikembangkan di Desanya lebih rendah dari harga kedelai import sehingga bisa mengurangi biaya produksi.

foto4

Praktek Pembuatan Tempe Berbahan Kedelai Lokal Varietas Grobogan di Desa Pliken

Tempe berbahan baku kedelai lokal mempunya kelebihan rasanya lebih enak, gurih dan nikmat. Tempe ini juga diyakini lebih sehat dibandingkan dengan tempe dari kedelai impor yang merupakan kedelai Genetically Modified Organism/GMO (hasil rekayasa genetik). Semoga dengan adanya kegiatan pengembangan kedelai lokal di Desa Pliken ini kedepannya bisa mengurangi ketergantungan terhadap kedelai import. Tahun 2022 merupakan momentum yang tepat untuk kebangkitan kedelai lokal. “Bangkit Kedelaiku Bangkit Bangsaku”. Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat. Merdeka ....

Related Posts

Komentar